Minggu, 12 Mei 2013

DENTAL

Pendahuluan

                Keterampilan serta kecermatan dalam menafsirkan suatu radiogram diperlukan apabila ingin mendapatkan suatu diagnosis klinis yang benar. Apabila hal tersebut belum dipenuhi, sedangkan pembuatan radiogram telah dilaksanakan, maka bisa menjadi tidak tepat diagnosis tersebut. . Radiografi sering digunakan sebagai informasi diagnostik tambahan yang dikumpulkan melalui pemeriksaan jaringan lunak. Radiografi yang pada umumnya digunakan pada praktek kedokteran gigi adalah bitewing radiografi dan periapikal radiografi.2 Pemeriksaan klinis dan radiografi memegang peranan yang penting dalam diagnosa penyakit periodontal, begitu pula dengan pilihan perawatan dan pemeriksaan lanjutan. Bitewing radiography dan periapical radiography berguna untuk tujuan tersebut. Selain radiografi intra-oral, radiografi panoramik juga digunakan sebagai pemeriksaan tambahan pada jaringan tulang marginal.

II.Tinjauan Pustaka

                Radiografi dental merupakan prosedur penting dalam mendiagnosis dan mencatat penyakit periodontal melalui penilaian level tulang alveolar.
                Adanya faktor predisposisi yang berhubungan dengan permulaan penyakit periodontal dicapai secara efektif melalui kegunaan radiografi dental. Deposit kalkulus supragingival dan subgingival merupakan faktor predisposisi yang penting pada permulaan penyakit periodontal, ini dapat dilihat dengan radiografi dental. Kalkulus pada permukaan akar yang melibatkan gigi pada kalsifikasi tahap lanjut dapat dideteksi dengan bitewing vertikal sama seperti periapikal radiografi.
                Fakor predisposisi lainnya pada penyakit periodontal seperti restorasi dengan kontak yang terbuka, kontour yang jelek, overhanging dan tepi yang kurang bagus, serta karies rekuren yang juga tampak secara radiografi pada bitewing posisi vertikal.

2.1.Bitewing Radiografi

                Radiografi ini pertama kali diperkenalkan oleh Raper pada tahun 1925. Bitewing radiografi digunakan untuk mendeteksi karies di permukaan proksimal gigi dan crest alveolar bone baik pada maksilla maupun mandibula pada film yang sama, yang secara klinis tidak dapat dideteksi.1,2
Bitewing radiografi digunakan utnuk mengevaluasi puncak tulang interproksimal selama pemeriksaan periodontal dan rencana perawatan.
                Bitewing radiografi digunakan untuk melihat garis dari CEJ pada satu gigi ke CEJ gigi tetangganya, sama halnya dengan jarak dari puncak ke tulang interproksimal yang ada.
Selain digunakan untuk mendeteksi karies interproksimal, bitewing radiografi juga memberikan informasi status pasien periodontal. Ketinggian dari tepi interproksimal tulang alveolar sampai cemento-enamel junction relatif dapat diamati. Deposit kalkulus subgingival juga dapat dideteksi. Walaupun demikian, hasil dari bitewing radiografi pada diagnosis penyakit periodontal hanya terbatas pada bagian mahkota akar gigi yang diamati, dan terbatas pada regio molar-premolar.
                Pada orang yang masih muda, pengamatan yang cermat pada ketinggian tulang alveolar disekitar molar pertama permanen dapat membantu mendeteksi individu yang beresiko menderita early-onset periodontitis (juvenile periodontitis dan rapidly progressive periodontitis). Walaupun demikian, radiografi seharusnya digunakan hanya sebagai tambahan pada pemeriksaan klinis dengan menggunakan probe periodontal di sekitar daerah tersebut, karena di atas 30 persen kehilangan tulang terjadi sebelum dibuktikan secara radiografi.

2.2 Periapikal Radiografi

                Periapikal radiografi tidak hanya sering digunakan untuk membantu perbedaan diagnosis dari gejala pasien, tetapi juga melihat proses patologis yang tidak terdeteksi pada gigi dan sekeliling tulang alveolar.2. Pada diagnosis penyakit periodontal, periapikal radiografi dapat memberikan informasi yang berguna yang tidak dapat diperoleh hanya melalui pemeriksaan jaringan lunak, tetapi dapat diperoleh dari beberapa informasi seperti:

a)Gigi
• Ratio klinis mahkota-akar: pada dasarnya, istilah ini dimaksudkan pada ratio antara gigi dengan panjang akar yang dikelilingi oleh tulang.

• Bentuk dan ukuran mahkota dan akar: gigi dengan mahkota kecil dan akar yang panjang mempunyai prognosis yang lebih baik dibanding mahkota yang besar dan akar yang pendek. Akar yang tapered mempunyai daerah permukaan yang lebih kecil untuk perlekatan periodontal dibanding akar yang tumpul.
• Posisi akar pada gigi berakar jamak: pada gigi berakar jamak, akar yang berdekatan mempunyai prognosis yang lebih buruk dibanding akar yang terpisah.

• Posisi gigi dengan gigi tetangganya: titik kontak terbuka ataupun yang berdekatan dengan gigi tetangga dapat terlihat pada radiografi, dan termasuk daerah yang penting dimana masalah periodontal dapat terjadi.

• Kalkulus : deposit kalkulus subginggival maupun supragingival dapat terlihat pada radiografi periapikal.

•Resorpsi akar: resorpsi akar internal maupun eksternal dapat dideteksi.

• Kontur dan tepi restorasi: hubungan antara restorasi yang overhanging pada interproksimal dan atau kontur restorasi yang jelek, dan hilangnya tulang periodontal dapat dilihat dengan pemeriksaan radiografi.

• Fraktur akar: gigi dengan fraktur akar horizontal ataupun vertikal dapat menyebabkan gejala periodontal.
• Benda asing dan ujung akar: hal ini menghasilkan lesi periodontal aggressive dan dapat dideteksi dengan radiografi.
• Anatomi dan patologi pulpa: bentuk kamar pulpa dan saluran akar dapat terlihat, sama halnya dengan kelainan pada pulpa

b) Tulang

Pola kehilangan tulang disekitar gigi hanya dapat ditentukan melalui pemeriksaan radiografi. Periapikal radiografi, menggunakan teknik paralleling cone, memberi gambaran yang paling akurat dari ketinggian tulang dalam hubungannya dengan CEJ, dan panjang sebenarnya dari gigi. Pemeriksaan gambaran tulang pada periapikal radiografi sebagai bagian dari diagnosis periodontal, perhatian yang khusus tertuju pada:2

•Pola kehilangan tulang: apakah kehilangan tulang horizontal atau vertikal?

•Perluasan hilangnya tulang: apakah kehilangan tulang generalised menutupi gigi atau lokalised pada gigi tertentu?

•Furcatio involvement: apakah radiolusen pada daerah furkasi?

• Lamina dura: pentingnya lamina dura belum jelas sedangkan keberadaannya menunjukkan dukungan tulang yang bagus,keberadaanya tidak selalu menandakan penyakit.

• Jarak ligamen periodontal: melebarnya jarak ligamen priodontal mengindikasikan bahwa gigi tersebut mendapat tekanan oklusal atau mobile. Hal ini juga menjadi petunjuk awal dari inflamasi pulpa, oleh karena iu pemeriksaan klinis yang cermat diperlukan untuk diagnosis
.
2.3 Radiografi Panoramik

                Radiografi panoramik memberi gambaran umum dari struktur mulut, dan berguna untuk mendeteksi pola kehilangan tulang secara umum. Radiografi panoramik tidak sesuai untuk penilaian yang akurat dari tingkat kehilangan tulang yang berhubungan dengan gigi individual karena terjadi distorsi yang hebat dan outline tepi tulang sering tidak jelas disebabkan oleh superimposisi dari struktur yang menghalangi. Gambaran panoramik memberikan sejumlah informasi yang dapat diterima untuk tujuan diagnostik tetapi harus ditambah dengan gambaran intraoral bila diperlukan untuk kemajuan penyakit yang termasuk tujuan utama radiografi pada pencatatan bagian periodontal.


2.4 Pencatatan Hasil Radiografi

Mencatat hasil pemeriksaan radiografi pada catatan perawatan pasien, dan menyusun serta menyimpan radiografi sebagai referensi di masa mendatang termasuk hal yang penting. Pada catatan perawatan harus menunjukkan:

• Tanggal radiografi diambil
• Jenis radiografi yang diambil
• Alasan pengambilan radiografi
• Informasi diagnostik yang diperoleh dari pemeriksaan radiografi
•Tes diagnostik lanjut yang mungkin diperlukan sebagai follow up hasil radiografik.

III. Kesimpulan

- Radiografi yang pada umumnya digunakan pada praktek kedokteran gigi adalah bite wing radiografi dan periapikal radiografi
.
- Radiografi dental merupakan prosedur penting dalam mendiagnosis dan mencatat penyakit periodontal melalui penilaian level tulang alveolar.

- Bitewing radiografi digunakan utnuk mengevaluasi ketinggian tulang interproksimal selama pemeriksaan periodontal dan rencana perawatan. Deposit kalkulus subgingival juga dapat dideteksi. Walaupun demikian, hasil dari bitewing radiografi pada diagnosis penyakit periodontal hanya terbatas pada bagian mahkota akar gigi yang diamati, dan terbatas pada regio molar-premolar.

- Periapikal radiografi sering digunakan tidak hanya untuk membantu perbedaan diagnosis dari gejala pasien, tetapi juga menyaring proses patologis yang tidak terdeteksi pada gigi dan sekeliling tulang alveolar
.
- Radiografi panoramik memberi gambaran umum dari struktur mulut, dan berguna untuk mendeteksi pola kehilangan tulang secara umum.

- Penting untuk mencatat hasil pemeriksaan radiografi pada catatan perawatan pasien, dan menyusun serta menyimpan radiografi sebagai referensi di masa mendatang.

PANORAMIK RADIOGRAFI

Pengertian panoramic radiografi ( E. Langland , 1982) , panoramic berasal dari kata panorama yang artinya pemandangan yang luas dan indah , sedangkan panoramic dalam arti radiografi adalah teknik pemeriksaan untuk mendapatkan gambaran gigi geligi berikut mandibula dan maxilla. Istilah panoramic ini dimulai di kenal tahun 1959 saat  S.S White Company di Amerika Utara memperkenalkan  pesawat panorex/panoramic, yang mana sekarang di kenal dengan pesawat panoramic.


 MEKANISME / SISTEM KERJA PANORAMIK
Sistem kerja dari pesawat panoramic  menurut Olaf E Langland (1982) , prinsipnya adalah sama dengan tomogram, yang mana tube dan film selama eksposi berputar mengelilingi pasien, dengan tiga pusat sumbu rotasi, satu sumbu rotasi konsentris anterior (tepatnya disebelah insisivus

pada regiomolar). Dan satu sumbu eksentris untuk bagian rahang samping (tepatnya dibelakang molar tiga).  Untuk menghasilkan gambaran yang baik sewaktu film dan tube berputar , posisi kepala harus dalam keadaan fixaxi, waktu berputar tube dan film ini biasanya di set atau diatur oleh pabrik dan operator / radiographer hanya menekan tombol timer yang ada, hingga perputaran film dan tube selama expose dapat menggambarkan keseluruhan gigi-geligi dari geraham paling kiri (molar tiga kiri) sampai gigi geraham paling kanan (molar tiga kanan).
Sistem kerja pesawat ini dapat dilihat pada gambar berikut :

Peralatan yang digunakan.
1.    Pesawat.
Pesawat yang digunakan pada radiografi panoramic dan sepalometri umumnya telah dirangkai menjadi satu, radiographer hanya mengubah fungsi yang ada pada tabel pesawat dan jarak antara focus ke film (FFD).
2.    Kaset.
Kaset yang digunakan dalam pemeriksaan radiografi panoramic digunakan kaset kurva ukuran 15 x 30 cm dan menggunakan intensifier screen blue emitting dan green emitting.
3.    Film
      Film panoramic ukuran 6 x 12 inch ( 15 x 30 cm)

Prosedur penatalaksanaan pemeriksaan panoramic, menurut Richard C. O’Brien
a.       Masukan film kedalam kaset, lalu letakan kaset pada penyangga kaset.
b.      Temporal clampsk dutu digunakan untuk fiksasi kepala, sebelum pasien diintruksikan duduk, tentukan kV dan mA sesuai dengan keadaan pasien.
c.       Intruksikan pasien untuk duduk, letakan dagu pada chin rest sehingga posisi kepala dari pasien menjadi simetris. Jika pertengahan kepala tidak tepat pada chin rest, maka gigi molar yang di hasilkan pada film tidak dalam ukuran yang tepat. Ketika pasien diposisikan dengan tepat sesuai intruksi, columna spinalis akan tergambar tepat dibelakang dari insisivus tengah.
d.      Jika gambaran yang di inginkan terhindar dari overlapping dengan gigi geligi kain kasa diletakan antara insisivus pasien.
e.       Kaset dan tube harus tepat segaris dengan arkus pasien, untuk memenuhi hal tersebut, naikan atau turunkan kepala tube dengan menggunakan foot pedal dan hand switch sampai angka pada skala di chin rest sesuai dengan skala unit.
f.        Jelaskan kepada pasien tentang jalanya pemeriksaan selama eksposi dilakukan, terutama :
1)      kaset dan tube akan mengelilingi pasien
2)      eksposi akan berlangsung beberapa saat, intruksikan pasien untuk diam.

PEDOMAN PENGATURAN GARIS KEPALA

Sebelum dilakukan pemotretan gigi geligi dengan teknik panoramic, maka harus diketahui mengenai pedoman pengaturan garis kepala yang nantinya berguna dalam pengaturan posisi pasien dan posisi objek.

a.       Mid Sagital Plane ( MSP)
        Yaitu garis yang membagi bidang tubuh menjadi dua bagian yang sama besar kanan dan kiri
b.      Inter Pupillary Line.
           Yaitu garis yang ditarik dari outer chantus kedua mata
c.       Frankfurt Horizontal (FH)
Yaitu garis yang ditarik dari infra orbital / bawah mata menuju ke meatus akustikus eksterna.

sumber :  http://makalah-radiologi.blogspot.com/2012/04/pesawat-dental.html

Bahaya Radiasi Nuklir Bagi Kesehatan

Boleh jadi hal yang paling disesali Albert Einstein adalah penemuan atomnya, walau faktanya penemuan itu pulalah yang membuat namanya tergores dalam sejarah. Layaknya dua sisi mata uang logam yang berbeda, atom dapat memberi kemaslahatan pada umat manusia, namun dapat pula menjadi penghancur yang mengerikan.
Sejarah pula yang mencatat hancurnya dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki oleh senjata pemusnah massal bernama bom atom. Di tahun-tahun berikutnya, pengembangan dari senjata tersebut menimbulkan hantu yang lebih menakutkan, nuklir.
Tapi jangan salah, nuklir bukan saja berbahaya di saat perang, juga momok menakutkan di waktu damai. Alih-alih sumber energi, ternyata bahaya radiasi pun menghantui manusia dari waktu ke waktu. Suatu konsekuensi yang mesti ditelan, buah dari keinginan manusia untuk lebih berkuasa dibanding sesamanya.
Setidaknya, catatan kelam pernah dialami Ukraina, manakala terjadi kebakaran, ledakan, serta kebocoran di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl. Tragedi Chernobyl, bukan cuma berimbas buruk pada manusia yang tinggal di wilayah Belarus, Rusia dan Ukraina saja, melainkan seluruh Eropa.
Masalah Beberapa Abad
Pada 26 April 1986, penduduk Kiev dikejutkan oleh sebuah ledakan besar. Ledakan ini memuntahkan potongan inti reaktor sampai 1500 meter ke langit dan menebarkan awan beracun ke 70 persen daratan eropa. Radioaktivitas total ledakan Chernobyl, menurut WHO, ditaksir 200 kali radiasi bom atom Hiroshima dan Nagasaki.
Kelompok pecinta lingkungan Greenpeace bahkan menaksir, 160 ribu kilometer persegi tanah terkontaminasi bahan radioaktif. Sementara Mantan Sekretaris Jenderal PBB Boutros Boutros Ghali mengatakan, “Kecelakaan Chernobyl tidak dapat dianggap sebagai masalah beberapa abad saja, tapi juga masalah kekinian karena banyak program sosial, ekonomi, dan lingkungan yang harus didefinisikan kembali.”
Yang pasti, fakta menunjukkan lima juta orang di sekitar Chernobyl terkena radiasi. Sekitar 650 ribu diantaranya adalah para buruh yang bertugas membersihkan muntahan ledakan Chernobyl. Dan sekitar 200 ribu dari 650 buruh tersebut, merupakan kelompok kunci beresiko tinggi terpapar radiasi. Mereka berada dalam zona penyingkiran, atau sekitar 30 kilometer dari pusat ledakan Chernobyl.
Sepuluh tahun kemudian tercatat, 60 ribu buruh pembersih yang kebanyakan berusia 30 tahunan, meninggal dunia. Sementara 30 persen laki-laki pekerja pembersih yang masih hidup menderita impotensi. Yang menjadi masalah, sebagian besar buruh ini ditolak dalam kehidupan sosialnya. Penyebabnya, mereka dicurigai akan menularkan radiasi dari reaktor PLTN kepada orang-orang di sekitarnya. Hal inilah yang memicu mereka meninggal akibat kecanduan alkohol, mati dalam kemiskinan, serta bunuh diri.
Dokter spesialis penyakit -yang berkaitan dengan tragedi Chernobyl- Natalya Preobrashenskaya mengatakan, selain pekerja pembersih muntahan radioaktif, jutaan anak-anak yang tetap hidup pasca ledakan merupakan kelompok berisiko tinggi terpapar radiasi. Preobrashenskaya bahkan menyatakan, jutaan anak-anak yang lahir di masa mendatang juga akan terkena cemaran radiasi Chernobyl, sesuai prilaku radioaktif yang dipakai sebagai bahan bakar PLTN, jutaan tahun!
Penyakit akibat Radiasi
Apa saja penyakit yang timbul setelah tragedi Chernobyl? Boutros Boutros Ghali menyebutkan, lebih dari 300 anak-anak terdiagnosis kanker gondok, kesuburan pria wanita menurun drastis, dan angka kematian naik.
Secara lebih terperinci, 60 persen anak-anak Ukraina atau sejuta orang lebih menderita kanker gondok, sepuluh persen lainnya yang masih duduk di bangku SD mengalami rusak mental, serta sebagian besar anak-anak Ukraina menderita penyakit tulang. Preobrashenskaya mengatakan, kekebalan tubuh anak-anak Ukraina pun menurun drastis sehingga disebut pula AIDS-Chernobyl.
Penelitian Preobrashenskaya senada dengan penelitian WHO. Badan Kesehatan Dunia itu menyatakan, setelah peristiwa Chernobyl terjadi peningkatan kasus kanker gondok anak, 100 kali dibanding prakecelakaan Chernobyl. Kenyataan lainnya, penduduk Kiev banyak yang terkena kanker paru-paru dan jantung. Dan banyak dokter memperkirakan, dalam waktu mendatang, epidemi berbagai penyakit menular akan meningkat di sekitar lokasi kejadian, dan di kalangan mereka yang terpapar radiasi nuklir.
Tragisnya, terapi kimia normal tidak efektif (mempan-red) pada penderita kanker akibat radiasi Chernobyl. Menurut Dr Andrei Butenko dari rumah sakit nomor satu di Kiev, dipastikan kanker gondok ganas yang menimpa anak-anak Ukraina akibat kontaminasi isotop iodium-131, isotop iodium yang radioaktif. Imbasnya, dengan terapi kimia di atas normal, kepala para pasien membotak dan wajah mereka bengkak-bengkak.
Horor yang kurang lebih sama dialami anak-anak Yunani. Anak-anak di negara tersebut berisiko terkena kanker dua hingga tiga kali akibat Chernobyl. Bahkan, anak-anak Yunani yang terpapar radioaktif ketika masih dalam kandungan ibunya berisiko menderita leukimia 2,6 kali lipat dibanding anak-anak lainnya. Hal ini karena adanya mutasi gen yang diberi nama 11q23.
Mutasi Gen
Mutasi gen merupakan imbas lain dari kejamnya radiasi Chernobyl. Mutasi gen 11q23 ini merupakan salah satu contoh nyata yang berhubungan dengan leukimia pada bayi. “Temuan ini merupakan bukti langsung pertama, bahwa radiasi ternyata menimbulkan mutasi pada anak manusia,” ulas Sir Alec Jeffreys, ahli genetika dari Universitas Leicester.
Sir Alec melakukan penelitian pada 79 keluarga yang tinggal di Mogilev, Belarus, kawasan yang terkena radiasi tinggi, kurang lebih 300 kilometer dari Chernobyl. Ia meneliti anak-anak di keluarga tersebut yang lahir antara Februari-September 1994. Sebagai perbandingan, ia juga meneliti 105 anak-anak yang tidak terkena radiasi dari Inggris.
Hasilnya, anak-anak Mogilev terbukti mengalami mutasi gen dua kali lebih tinggi dibandingkan anak-anak di Inggris. Mutasi tersebut jelas diturunkan oleh orang tua mereka, dan secara permanen terkode pada gen anak-anak mereka. Artinya, mutasi tersebut juga akan diturunkan pada generasi-generasi selanjutnya.
Menurut Sir Alec, mutasi pada keluarga di Mogilev berhubungan dengan tingkatan kontaminasi permukaan oleh caesium 137, sebuah isotop radioaktif. Bahkan ahli genetika dari Akademi Sains Rusia Yuri Dubrova menyatakan, kelompoknya melihat lokasi genetik tertentu yang dikenal dengan nama minisatellites yang mengalami laju mutasi 1000 kali lipat lebih tinggi dibandingkan gen lainnya.
Sementara itu, Robert Baker dari Universitas Teknologi Texas meneliti dua kelompok tikus, yaitu kelompok yang tinggal satu kilometer dari reaktor, dan yang hidup 32 kilometer dari reaktor. Yang diteliti adalah mitokondria DNA (bagian sel yang diturunkan induk betina) pada anak tikus-tikus.
Hasilnya, walau tikus yang hidup dekat reaktor terlihat sehat dan subur, tapi mereka mengalami laju mutasi ratusan kali lebih tinggi dari kondisi normal. “Artinya, lingkungan yang tercemar akibat ledakan Chernobyl memberikan dampak nyata perubahan gen pada mahluk hidup sekitarnya,” ulas Robert Baker.
Nada miris terdengar dari mulut peneliti Universitas Texas Austin David Hillis. “Kita sekarang tahu, dampak mutasi akibat kecelakaan nuklir mungkin lebih besar daripada yang diharapkan,” komentar Hillis.

sumber :  http://rizqidiaz.blogspot.com/2012/11/bahaya-radiasi-nuklir-bagi-kesehatan.html

Minggu, 05 Mei 2013

Artikel pertama cibel

Nama: NUR CITRA BELLA
Nim   :12072
Kelas :B

Template by:

Free Blog Templates